Sanggau, Kalbar – Konsekuensi hukum bagi pemilik lahan dan mesin yang menerima setoran dari aktivitas PETI (Pertambangan Emas Tanpa Izin) kini menjadi sorotan. Hal ini menyusul penangkapan oleh tim gabungan Tipiter dan Reskrim Polres Sanggau pada Rabu (2/7/2025) di Dusun Nanga Biang, Desa Nanga Biang, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Dalam operasi tersebut, petugas berhasil mengamankan dua unit lanting jek penyedot emas beserta empat orang pekerja dan sejumlah barang bukti lainnya dari lokasi kejadian.
Kronologis Penangkapan
Kapolres Sanggau melalui Kasat Reskrim AKP Fariz Kautsar Ramadhani menjelaskan bahwa penindakan berawal dari informasi masyarakat mengenai adanya aktivitas penambangan ilegal di aliran Sungai Kapuas.
“Tim gabungan Unit Tipidter dan Sat Reskrim Polres Sanggau pada Rabu, 2 Juli 2025 sekitar pukul 23.55 WIB, melakukan pengecekan di lokasi dan mendapati dua unit lanting jek penyedot emas yang sedang beroperasi. Saat itu juga empat pekerja berhasil diamankan,” ungkap AKP Fariz pada 4 Juli 2025.
Keempat pekerja bersama barang bukti kemudian dibawa ke Polres Sanggau untuk proses hukum lebih lanjut.
Masyarakat Pertanyakan Pemilik Mesin dan Lahan
Berdasarkan informasi di lapangan, sejumlah warga menyayangkan penangkapan yang hanya menyasar para pekerja lapangan. Menurut mereka, pekerja hanya menerima upah, sementara pemilik mesin dan lahan yang diduga mendapat bagian keuntungan dari aktivitas PETI tidak tersentuh oleh aparat.
“Yang ikut ditangkap hanya para pekerja yang mencari nafkah. Lalu bagaimana dengan pemilik mesin dan lahan yang jelas-jelas menerima setoran? Ini yang harusnya ikut diproses hukum,” ungkap salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Masyarakat berharap agar aparat penegak hukum tidak hanya fokus pada pekerja lapangan tetapi juga mengejar aktor utama yang dianggap berperan besar dalam maraknya aktivitas PETI di wilayah tersebut.
(Irfan)